Islah Hidupmu

Isilah HIDUP mu........ 1. Dengan Ilmu Agama, hidupmu menjadi Lebih Terarah. 2. Dengan Ilmu Pengetahuan, hidupmu menjadi Lebih Mudah. 3. Dengan Seni (arts), hidupmu menjadi Lebih Indah. 4. Dengan Skill ( keahlian), hidupmu menjadi Lebih Manfaat. 5. Dengan Usaha , hidup menjadi Lebih Tertata. 6. Dengan Doa, hidupmu menjadi Lebih Yaqin. 7. Dengan Dzikir, hidupmu menjadi Lebih Tenang. 8. Dengan Amal, hidupmu menjadi Lebih Terjaga. 9. Dengan Ibadah, hidupmu menjadi Lebih Bahagia. 10. Dengan Budi Pekerti, hidupmu menjadi Lebih Mulia. Gus Is Sang Inovator (GISI)

Jumat, 07 Januari 2011

>Hijab Diri Dengan Tuhan

SPECIAL MANUSCRIPT
Untuk
Orang - Orang Yang Mencari Tuhan


Sabda Nabi Muhammad saw :


“Mula-mula beragama adalah mengenal ( makrifat ) Allah”




“Siapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya dia dapat mengenal Tuhannya

Firman Allah Ta’ala :
Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
(S. Adz-Dzariyyat : 20-21)z

“ Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”  ( QS. Al Ankabuut : 69 )

Nabi Muhammad saw bersabda : 
 Kita kembali dari perjuangan kecil menuju perjuangan besar, yaitu Perjuangan melawan hawa nafsu

-----------------------------------------------------------------




MEMBUKA TABIR (HIJAB) YANG MEMBATASI DIRI DENGAN TUHAN

A. HAKIKI HIJAB ADALAH NAFSU


     Nafsu atau nafsi secara bahasa berarti “ Diri atau jiwa “. Dalam asumsi masyarakat berkembang makna bahwa nafsu adalah sesuatu yang berhubungan dengan jiwa manusia yang kotor. Setiap kata “nafsu” yang disebut selalu bergandeng dengan kata-kata yang konotasinya jelek. Pandangan dan pemahaman seperti ini pada khalayak umum tidak perlu dipermasalahkan. Tapi bagi para salik atau pencari Tuhan , hal ini perlu diluruskan. Asumsi ini akan membingungkan para salik, dimana secara bahasa sudah jelas bahwa nafsu adalah diri kita sendiri. Diri yang harus dikenal. Diri yang melakukan sebuah perjuangan besar untuk penyucian.

     Penegasan dari Allah dalam firman-Nya : (S. Adz Dzarriyat : 21)


Îûur ÇÚöF{$# ×M»tƒ#uä tûüÏZÏ%qçHø>Ïj9 ÇËÉÈ þÎûur ö/ä3Å¡àÿRr& 4 Ÿxsùr& tbrçŽÅÇö7è? ÇËÊÈ
     “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”  (S. Adz-Dzariyyat : 20-21)

     Allah menjelaskan bahwa di bumi atau alami ini dan pada diri (nafsu) manusia itu sendiri ada tanda-tanda dan bukti kekuasaan-Nya. Maknanya ada suatu rahasia, jika kita memperhatikan dan mempelajari dengan seksama. Antara alam dan diri (nafsu) ada hubungan vertical yang sangat erat, sehingga Allah mengkhususkan kepada “Muuqiniin” yaitu orang-orang yang yakin. Bentuk pencapaian seorang muslim dan mukmin adalah menjadi muqinin. Dengan demikian yang bisa memahami dengan benar, makna ayat diatas adalah para pencari Tuhan, bukan orang-orang awam.


      Alam, diri (nafsu), dan Tuhan (kekuasaan) sebuah mata rantai awal hingga akhir. 



     Menyibak rahasia ini, kita harus kembali ke awal cerita atau asal usul penciptaan tubuh Nabi Adam as, dimana Allah menerangkan anasir-anasir (unsur/elemen) pokok kejadian Adam as, yaitu:



1. Turab, yaitu tanah. Sebagaiman firman Allah Ta’ala dalam QS. Al Fathiir : 11

ª!$#ur /ä3s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? 4
                                  “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah…..


2. Thiin, yaitu tanah yang bercampur dengan air. ( seperti tanah lempung, yaitu tanah yang bisa dibentuk). Sebagaimana firman Allah QS. Ash Shaffat : 11

>Ξw  ûüÏÛ  `ÏiB & ¥Nßg»oYø)n=s{$¯RÎ)
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari tanah liat”



Lazib adalah tanah liat yang yang sempurna adukannya dan sudah berbentuk .    


3. Hama-in, yaitu tanah liat (lempung) yang sudah berbentuk yang bercampur dengan udara. (seperti pembuatan tembikar/gerabah, setelah dibentuk jadi, di angin-anginkan hingga kering kemudian dibakar-pen).

     Firman Allah QS. Al Hijr : 11


øŒÎ)ur tA$s% y7/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) 7,Î=»yz #\t±o0 `ÏiB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*yJym 5bqãZó¡¨B ÇËÑÈ
“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,”


4. Shal-shaal, yaitu bangunan tanah yang sempurna bentuknya dan separoh kering.

     Sebagaimana firman Allah QS. Al Hijr : 26


ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*uHxq 5bqãZó¡¨B ÇËÏÈ
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”


5. Fakhkhaar, yaitu tanah yang kering yang mengandung kekuatan panas (terbakar)

     Sebagaimana firman Allah QS. Ar Rahman : 14

šYn=y{ z`»|¡SM}$# `ÏB 9@»|Áù=|¹ Í$¤xÿø9$%x. ÇÊÍÈ
“ Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”,


6. Ahsani Taqwim, yaitu bentuk yang sempurna & sudah jadi.

     Sebagaimana firman Allah QS. At Tiin : 4

ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ
“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “.
                       
     Firman Allah QS. Al Hijr : 29
#sŒÎ*sù ¼çmçF÷ƒ§qy àM÷xÿtRur

“Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya,…….

7. Peniupan Ruh.
    Sebagaimana firman Allah QS. Al Hijr : 29

#sŒÎ*sù ¼çmçF÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ
“Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”.


     Anasir kejadian inipun turun menurun kepada anak cucu Adam as, yaitu manusia. Yang mana Allah menjelaskan dalam bahasa yang sangat indah (QS. Nuuh : 17 )

ª!$#ur /ä3tFu;/Rr& z`ÏiB ÇÚöF{$# $Y?$t7tR ÇÊÐÈ
“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya”

Dipertegas lagi oleh Allah dalam QS. Al Mukminuun : 12-14

     “ Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

     Berdasar ayat Al Qur’an ini, anasir kejadian manusia (anak keturunan Adam as) dapatlah disusun dan diurut seperti ini :

1. Sulalah min thin, yakni saripati dari tanah.

Perhatikan dengan seksama, proses kejadian 4 anasir pada Adam as berulang sampai menjadi saripati ;


-Proses pertama semua tumbuh-tumbuhan atau hasil bumi (penghasil makanan & minuman) yang tumbuh di atas tanah, membutuhkan air dan panas matahari (fotosintesis) serta udara yang diserap (H2O). Nyatalah disini ada 4 anasir. 

-Proses kedua kemudian oleh manusia, hasil bumi tersebut diolah/dimasak supaya manfaat, dengan air, api dan angin. Jadilah makanan dan minuman yang bisa di konsumsi oleh manusia.

-Proses ketiga dalam tubuh manusia juga semua makanan dan minuman diolah oleh lambung menjadi zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Proses pengolahan di dalam tubuh ini juga membutuhkan zat air (dilambung), panas tubuh, udara (paru-paru). Zat-zat inipun diolah lagi menjadi saripati yaitu protein dan lain-lainnya, yang merupakan bahan dasar dari mani (sperma). Dan sebenarnya masih banyak proses yang terjadi, tapi kami tidak mampu menjabarkan. Terkecuali ilmu kedokteran.
     Renungilah ! begitu panjang dan rumitnya untuk menghasilkan saripati, yang merupakan bahan baku utama mani. Begitu Maha nya Allah dengan segala ciptaan-Nya. Tiada tertandingi oleh siapapun.
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.”

2. Nuthfah, air mani laki-laki. ( S. Al Mukminun 13 )

“Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”.

3. Alaqah, yakni percampuran sperma dan ova.

4. Mudlghoh, yakni segumpal darah dalam rahim ibu.

5. Idhoma, yakni tulang belakang.
6. Lahma, yaitu pembungkusnya adalah daging.
7. Kholqa Akhar, yakni yang berbentuk lain


     Kesimpulannya dalam penciptaan Nabi Adam as, kesempurnaan kejadian jasad (tubuh) tersusun dari anasir-anasir alam (bumi), yang pada intinya terkandung 4 anasir ( Tanah, air, angin dan api) dan bereinkarnasi pada anak turunnya, pada anasir kejadian pembuatan saripati menjadi mani.

     Proses kejadian inilah berpengaruh pada keinginan-keinginan akan dunia, kebutuhan-kebutuhan akan segala yang ada di bumi, yang tiada lain bernama “nafsu”.

     Bahan baku penciptaan jasad Adam as dan anak turunnya yaitu manusia, yang pada hakikinya sama, yaitu berasal dari bumi, maka tersibaklah makna dari QS. Adz Dzarriyat : 20-21. Dimana tanda-tanda kekuasaan Allah, akan terlihat jelas disitu.


     Terjalin pada ikatan makna Tuhan – Alam – Diri. Membentuk mata rantai kehidupan sampai yaumil qiyamah.


       Dalam perjalanan mencari Ilmu tersibaklah kejelasan bahwa hakiki nafsu adalah jiwa atau sumber hidup pada rasa dan tubuh manusia, sebagai pendorong, penyerta dan penggerak atas segala keinginan di dalam urusan agama, dunia dan akherat. Semua aktifitas manusia baik maupun buruk pada dasarnya adalah nafsu. Hanya saja pemahaman orang-orang selama ini, yang kurang. Setiap ada kata nafsu, timbul asumsi jelek, sedangkan nafsu itu ya diri kita sendiri.


     Lebih jelasnya, karena nafsu adalah sumber hidup manusia dalam rasa dan tubuh. Berarti dia berada pada setiap rasa dan tubuh manusia itu sendiri. Jadi untuk mengetahui tempat bersemayamnya, jelas tidak akan mampu. Mengapa ! karena hal ini adalah urusan sirri (rahasia) dari Allah yang Maha Kuasa. Kita hanya bisa merasakannya munculnya kehendak nafsu itu. Tetapi pada keadaan atau aktifitas sehari-hari akan tampak nyata pada nafsu makan dan minum, bekerja dan lain-lain. Dalam tatanan ini, kita tidak memerlukan ilmu. Sebab hal itu adalah kodrat sebagai makhluk hidup.

      Dalam memaknai dan memahami sabda Nabi saw :


“ Siapa mengenal akan dirinya (nafsu), sesungguhnya dia akan mengenal Tuhannya”


        Barulah kita membutuhkan ILMU untuk memahaminya, yaitu ilmu mengenal diri yang masuk dalam disiplin Ilmu Tassawwuf. Walaupun sebenarnya dalam perjalanan, Allah lah yang berkuasa memberi petunjuk dalam mengenal diri.

     Ketahuilah, Nafsu ini bermata dua, yaitu satu bergerak kearah kejahatan dan satunya bergerak kearah ketaqwaan (kebaikkan).
Firman Allah Ta’ala ;

<§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ
     “Demi jiwa (nafsu) serta penyempurnaannya (ciptaan Allah), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan/bibit) kejahatan (kefasikan) dan kebaikkan (ketakwaannya) Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” ( S. Asy Syam : 7-10 )

     Merupakan petunjuk dari langit yang jelas dan nyata. Dimana Allah bersumpah dengan ‘Jiwa” (nafsu) serta penyempurnaannya. Makna penyempurnaannya berarti ciptaan yang disempurnakan. Bagai sebuah produk yang lolos sensor dan tiada tandingan atau sulit untuk disaingi. Jika ditarik benang merah sesuai dengan Cerminan dari sifat Dia sendiri “ Qiyamuhu binafsihi “ (berdiri sendiri dengan dirinya ). Pelajari tentang aqidahtul awam (sifat 20).

     Di ilhamkan (ditanamkan) bibit kejahatan dan ketaqwaan, berarti jiwa manusia ini bermata/bercabang dua. Yang saling tarik ulur di dalam setiap sifat manusia. Yang sangat halus dan tipis (sulit) untuk membedakannya. Bagi orang-orang yang sudah sampai pada ilmu mengenal diri akan dengan mudah paham, apa yang kami maksud ini.

     Bersesuaian dengan sabda Nabi Muhammad saw : 

     “Kita kembali dari perjuangan kecil menuju perjuangan besar, yaitu Perjuangan melawan hawa nafsu”

     Mengapa dikatakan perang yang besar, karena musuh (nafsu) ini sangat sulit dikalahkan. Begitu lihai dan pintarnya ia mengatur strategi. Dan begitu canggihnya ia menyusuf pada setiap amal perbuatan. Hingga kita sebagai lawannya tidak menyadari dan tahu bahwa ia (nafsu) telah menguasai dan mengalahkan diri kita. Ia ahli menyamar, bisa menjadi amal baik, bisa berada pada ibadah. Untuk mendeteksi dan menaklukkan ia, kita membutuhkan ILMU dan pertolongan dari Allah Ta’ala.

     Menyikapi terjadi salah pengertian dan tafsiran dalam memahami nafsu, perhatikan firman Allah Ta’ala :
Îûur ÇÚöF{$# ×M»tƒ#uä tûüÏZÏ%qçHø>Ïj9 ÇËÉÈ þÎûur ö/ä3Å¡àÿRr& 4 Ÿxsùr& tbrçŽÅÇö7è? ÇËÊÈ
     “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”  (S. Adz-Dzariyyat : 20-21)

    Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberikan bukti tanda-tanda kekuasaan-Nya di Bumi ini. Tampak nyata dan jelas bahwa di bumi ini adalah ‘ Ayat-ayat Allah yang tercipta “. Ditegaskan bahwa ini berlaku hanya kepada “orang-orang yang yakin” ( renungi akan hal ini ). Kemudian Allah memberikan petunjuk yang jelas dan juga merupakan penegasan akan adanya rahasia yang harus disibak pada ayat “ dan pada dirimu (nafsu). Maka apakah kamu tidak memperhatikan “.
     Untuk lebih memahami diri atau nafsu, kita pahami dulu tingkatan-tingkatan Nafsu pada diri manusia, mari kita kupas dan pahami dengan benar. yaitu :

1.      Nafsu Amarah Bissuu’

Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an S. Yusuf : 53
* !$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR 4 ¨bÎ) }§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{ Ïäþq¡9$$Î/ žwÎ) $tB zOÏmu þÎn1u 4 ¨bÎ) În1u Öqàÿxî ×LìÏm§ ÇÎÌÈ

“ Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan ( Nafsu ammarah bissu’ ), kecuali nafsu yang diberi rahmat ( nafsu marhammah) oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.”


Kerjanya menyuruh berbuat maksiyat semata-mata, dengan semua sector kejahatan. Pada tatanan nafsu ini, manusia menganggap tidak menjadi apa-apa kalau dikerjakan. Tidak ada beban dan sesal, malahan senang dan ketagihan dalam melakukan kemaksiyatan. Dia tidak mencela kejahatan atau keburukan tapi sebaliknya dia mencela sekalian bentuk kebaikkan.

Derajat manusia, jika masih berada pada nafsu ini adalah yang paling bawah sendiri. Sangat berbahaya dan dan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
- Sifatnya : Hampir semua sifat-sifat yang kotor (maksiyat bathin)
                  dan maksiyat lahir .
- Maqamnya : seperti layaknya binatang dan orang yang bernafsu
                    inilah yang layak di azab dan di  siksa di alam kubur.

           Pada Nafsu ini perlu kekuatan yang besar untuk merubah atau naik
           dalam tingkatan penyucian. Artinya orang-orang ini harus benar-benar
           Taubatan Nashuha, mencari ilmu-ilmu Agama dan dekat dengan Majlis-
           Majlis ilmu ataupun Dzikir. Yang dilakukannya tiada lain “ Syariat dan
           Dzikir “ sepanjang waktu, sambil duduk, berdiri dan berbaring.

2.      Nafsu Lauwamah.

Allah berfirman : 
Iwur ãNÅ¡ø%é& ħøÿ¨Z9$$Î/ ÏptB#§q¯=9$# ÇËÈ 
“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”   ( S. Al Qiyamah ; 2 )


Maksudnya: bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal, Kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
Orang yang memiliki nafsu ini, tanda-tandanya mulai mencela dan benci akan perbuatan kejahatan. Bahwa dia menyukai perbuatan-perbuatan baik, tapi kebaikkan-kebaikan itu tidak dapat dilaksanakannya secara rutin, karena dalam hatinya masih bersemayam maksiyat-maksiayat bathin.
- Af’al nya : benci perbuatan jahat dan menyukai perbuatan baik.
- Sifat-sifat yang bersemayam : semua sifat-sifat kotor bathin (maksiyat bathin), yang paling dominan adalah sifat “Riya’, “Ujub”, “Su’udhon”, ‘Keluh kesah” dan “ Malas”

Walaupun sifat-sifat ini diketahuinya bahwa itu tercela dan tidak dikehendakinya, namun selalu saja maksiyat bathin itu selalu datang mengunjunginya. Apabila kuat serangan nafsu itu, maka sekali-kali dia terpaksa berbuat maksiyat dhahir (lahir) disebabkan tidak kuasa baginya melawannya. Timbul rasa sesal  selalu meliputinya, ketika dia berbuat salah. Seringkali kegundahan menyertainya. Mengapa, tidak bisa istiqomah. Walaupun demikian keinginan untuk menjadi baik menuju keridloan Allah, tetap muncul terus tiada henti, walaupun timbul tenggelam.
Alamnya adalah “ alam Barzah”
Tempatnya “ Di dalam hati.”
Halnya “ Mahabatullah.”
Wiridnya “ Ilmu Thariqat”
Sifatnya “ La-imun,” mencela kejahatan dan mencela diri sendiri.
Tambahan :
-         Bagi orang awam (orang biasa/umum) tetap ada nafsu ini hanya berperan sedikit dalam kehidupannya.
-         Bagi salik (orang yang mencari ilmu) nafsu lauwwamah akan selalu muncul pada setiap keadaan-keadaan berhubungan dengan manusia lain (Hablum minannas) dan hubungan dengan Allah ( Hablum minallah).


3.      Nafsu Marhamah.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an S. Yusuf : 53

* !$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR 4 ¨bÎ) }§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{ Ïäþq¡9$$Î/ žwÎ) $tB zOÏmu þÎn1u 4 ¨bÎ) În1u Öqàÿxî ×LìÏm§ ÇÎÌÈ
“Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat  ( Nafsu Marhamah ) oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.”


Adalah nafsu yang dirahmati. Perjalanannya  “ Alallahi “. Pada tingkatan nafsu ini, bagi salik (orang yang berjalan mencari Tuhannya) kehidupannya adalah syuhud akan perbuatan Allah semata-mata. Mereka merasakan hakikatnya “ nikmat”. Nyatanya “iman dan yaqin” dalam hatinya. 
Alamnya “ Alam arwah “
Tempatnya “Alam Ruh”
Halnya “ Asyik kepada Allah “
Sifatnya  “ As Sakhaah “/ “ Murah Hati “, “Qana’ah”, “Ilmu”, “Tawadlu’”, “Shabar”, “Halim”, “Tahmilul aza” dan lain-lain.

Ketika berdzikir hendaklah menghadiri “ Allah” yang muthlaq. Seakan-akan dia melihat Allah dengan pandangan mata bathin yang bagi Allah itu tanpa warna, rupa, tempat dan jisim. Ringkasnya Allah itu tiada serupa dengan kejadian yang baru. Tiada yang maujud melainkan Allah. Dinafikan (dihilangkan) yang lain daripada Allah dan di itsbatkan semata-mata hakiki Allah.


4.      Nafsu Muthma’inah

Firman Allah Ta’ala
$pkçJ­ƒr'¯»tƒ ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# ÇËÐÈ ûÓÉëÅ_ö$# 4n<Î) Å7În/u ZpuŠÅÊ#u Zp¨ŠÅÊó£D ÇËÑÈ Í?ä{÷Š$$sù Îû Ï»t6Ïã ÇËÒÈ Í?ä{÷Š$#ur ÓÉL¨Zy_ ÇÌÉÈ
“ Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas (ridlo) lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.( S. Al Fajr : 27-30 )

Allah bersumpah dengan nafsu (jiwa) yang tenang (makna yang tersirat disini bukan orang  mati-pen). Jiwa yang tenang adalah nafsu yang telah terdidik, tertempa dan menurut kepada Allah. Dia tidak mempunyai rasa takut dan gentar terhadap apa yang ada di dunia ini. Hidupnya adalah untuk ibadah dan ibadah.  

5.      Nafsu Radliyah
6.      Nafsu Mardliyah
7.      Nafsu Kamilah
           
Sebenarnya kami ingin melanjutkan kajian tentang nafsu secara panjang lebar. Tapi karena manuscript ini kami khususkan untuk umum, maka kami batasi pada ilmu muamalah bukan ilmu mukasyafah. Untuk lebih jelasnya saudara mengikuti ta’lim muta’alim pada Majlis Ta’lim Muhyiddin assalafy.

Sesuai dengan judul dan tujuan kami, untuk membuka hijab diri kepada Tuhan, kita harus mendidik, mengajar dan melatih NAFSU ammarah bisu’ dan Lauwwamah dengan membersihkan (mensucikan) dari sifat-sifat tercela dan memasukkan sifat-sifat yang baik.

Dalam hal ini ada 3 (tiga) system pengajaran, dalam hal ini Ahli-Ahli Tasawwuf  berkata : “ Tasawwuf adalah waktu antara kha dan jiem. Pindahkanlah Titik kha menjadi jiem, maka waktu diantara engkau memindahkan titik itu, engkau telah sampai…………

A.     Takholli  ---                    Takhalli minal akhlaaqil madzmuumah
Lepaskanlah dirimu dari akhlaq yang tercela !
B.    Tahalli    ---                Tahalli nafsaka bil akhlaaqil mahmuudah
Isilah jiwamu dengan akhlaq  yang terpuji !
C.     Tajalli.    ---                   “ Jelaslah, Tuhan di hadapanmu.”


Kau akan merasakan nur TAUHID yang sebenar-benarnya.


 -------------------------------------------------------------------------------


A.     TAKHALLI
( Membersihkan Diri Dari Sifat – Sifat Tercela )

Firman Allah Ta’ala :
ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ

“ Sesungguhnya beruntunglah (berbahagia) orang yang mensucikan jiwa itu,  Dan  Sesungguhnya merugilah ( gundah gulana ) orang yang mengotorinya.” ( QS. Asy Syam 9-10 )
           
            Manusia adalah makhluk dualisme, yang satu cenderung kearah material / kebendaan (jasmani). Dan yang kedua cenderung kearah spiritual ( akhirat ). Di dalam perjalanan hidupnya, manusia melakukan segala macam perbuatan baik dan jelek, yang menghasilkan sebuah akibat pada keadaan sekitar (lingkungan alam & masyarakat ) dan yang paling nyata adalah munculnya segala masalah (problema) yang menyerang dan menyelubungi pikiran dan hatinya (rasa). Sehingga terjadi kegoncangan-kegoncangan pada jiwa mereka. Munculnya gundah gulana, stress, frustasi dan putus asa yang berlarut-larut.
            Hakikinya ini semua karena jiwanya terkotori oleh cintanya kepada dunia, dosa-dosa lahir yaitu segala kemaksiyatan. Dosa-dosa batin yaitu segala sifat-sifat madzmumah (jelek).
            Hasil dari semua ini, tiada lain adalah “ Tidak Ada Rasa Bahagia” alias Kesusahan yang selalu mengikuti dan menyelimuti hidupnya, walaupun materi tersedia.
            Untuk itu Allah memberikan sebuah jalan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sucikan jiwa ini dengan mendekat kepadaNya perwujudannya adalah mencari Ilmu, Amal, Ibadah & Akhlaqul Karimah.
            Ketahuilah, jiwa yang kotor itu dominan dengan “Nafsu Ammarah Bisuu’ & Nafsu Lauwwamah “  Tanda-tandanya sangat jelas dengan melihat sifat-sifat tercela yang ada pada diri dan ini merupakan suatu penyakit batin. Bedanya dengan penyakit jasmani bisa dilihat oleh dirinya sendiri sedangkan orang yang mempunyai penyakit atau sifat ini, tidak menyadari dan tidak tahu bahwa ia mempunyai penyakit itu. Untuk mendeteksi dan mengetahui bahwa kita mempunyai sifat tersebut, dengan cara mencari petunjuk melalui :

-         Minta nasehat dan petunjuk Guru atau Ulama’ yang ahlinya.
-         Tukar pikiran dan minta kritik pada teman atau sahabat, karena merekalah orang-orang yang terdekat mengetahui sifat-sifatmu baik maupun buruk.
-         Menerima kritik dan hujatan dari musuh atau orang yang membencimu, karena pada hakikinya musuh-musuhmu hanya mengetahui kelemahan atau kejelekkanmu semata. Sehingga kita bisa intropeksi diri.
-         Berkomunikasi dan diskusi dengan keluargamu. Hakikinya merekalah yang terdekat pada dirimu. Jelas akan tahu dan paham, kekurangan dan kelebihan dirimu..
-         Membaca dan memahami situasi dan keadaan bisnis atau perdaganganmu, baik dan buruknya berasal dari dirimu. Mungkin juga ada istidraj (panglulu-jw) dari Allah akan semua nikmat yang diberikan kepadamu.

Firman Allah Ta’ala :

!$¨B y7t/$|¹r& ô`ÏB 7puZ|¡ym z`ÏJsù «!$# ( !$tBur y7t/$|¹r& `ÏB 7py¥Íhy `ÏJsù y7Å¡øÿ¯R 4 y7»oYù=yör&ur Ĩ$¨Z=Ï9 Zwqßu 4 4s"x.ur «!$$Î/ #YÍky­ ÇÐÒÈ

“ Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri (nafsumu). kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.                   ( S. An-nisa’ : 79)

            Jika anda memahami dengan benar firman Allah ini, jelas dan nyata bahwa hakikinya semua kejadian yang buruk, mulai dari kesulitan ekonomi, ditipu, datangnya penyakit dan bencana-bencana alam ataupun yang khususnya terjadi pada diri dan keluarga kita. Tiada lain adalah hasil atau akibat dari sifat dan perbuatan jelek yang kita lakukan. Alias nafsumu yang berperan akan datangnya musibah tersebut. Bukan Allah.

            Allah tidak pernah menyusahkan hamba-hamba-Nya. Allah selalu memberikan nikmat pada manusia dan nikmat ini tidak bisa kita hitung serta diperjelaskan satu persatu. Jelas manusia tidak akan mampu. Sebagai perenungan akan hal ini, merujuk pada firman Allah :

ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Makna dari “Mengingkari” secara luas adalah termasuk mempunyai sifat-sifat dan perbuatan yang jelek. Untuk itu sucikan jiwamu dari sifat-sifat tercela, sebagai cerminan pandanglah dirimu, perhatikan dengan seksama, semua masalah dan musibah hakikinya berasal dari nafsumu. Jika kau sudah bisa memandang dan melihat  sifat dan kelakuanmu ini, yang selanjutnya kau bersihkan dengan sungguh-sungguh, pasti dan niscaya Tuhan ada dihadapanmu. Dia akan mendekat dengan segala rahmat, barokah dan ma’unah (pertolongan).

Dibawah ini tertera semua sifat-sifat tercela yang bersemayam pada setiap hati manusia. Selama tidak ada keinginan untuk membersihkannya. Selama itu pula, kita akan jauh dengan Tuhan.
Ingat !  seringkali orang yang mempunyai sifat-sifat tercela tidak merasa mempunyai sifat-sifat ini. Saking halusnya, untuk mengetahui diri kita mempunyai sifat ini, cara mendeteksinya dengan penjelasan diatas.


1.  Inilah Sifat – Sifat Tercela Yang Merupakan Sumber Dari Semua Musibah Dan Merupakan Hijab (Dinding) Diri Kepada Allah Ta’ala :


a.      Su’udhon ( prasangka buruk ).
Pintu awal dari segala kotoran jiwa bermula dari sini. Prasangka buruk kepada orang akan menghasilkan akibat sifat-sifat tercela yang lainnya. Belajarlah positive thinking pada orang dan pada diri sendiri, jika tidak anda telah membuka pintu hati kepada syetan. Dia akan masuk dan menyebarkan virus-virus, yang berlanjut pada penyakit ;

b.      Ghibah ( pengumpat/ menjelek-jelekkan orang lain )
Nabi saw bersabda : “ Tahukah kamu seberat-berat riba disisi Allah ?”. Sahabat menjawab : “ Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui.” Maka Nabi saw bersabda : “ seberat-berat riba disisi Allah ialah menganggap halal mengumpat kehormatan seorang muslim”. Lalu Nabi saw membaca ayat yang artinya: “ Dan mereka yang mengumpat orang mukmin laki-laki ataupun perempuan tanpa salah dan tidak benar, berarti mereka telah membuat Buthan (tuduhan palsu) dan dosa yang nyata.
Dalam riwayat lainnya Nabi saw mengatakan : “ jika menceritakan kejelekan orang lain yang sesuai dan benar dengan keadaan orang itu, maka itulah Ghibah. Tapi jika tidak benar keteranganmu itu, maka itu bernama Buthan yang lebih besar dosanya.

c.       Namimah ( yang suka beradu domba ).
Sifat ini dibawah oleh orang-orang yang ber SDM (sumber daya manusia) yang tinggi. Intelektual dibutuhkan karena misi adu domba membutuhkan kepintaran dalam mengatur sebuah permusuhan, seperti pada politik. Semua data atau perkataan orang disampaikan lagi kepada orang lain. Walaupun keterangan itu benar adanya, tetapi jika itu tidak dapat diterima atau menyakitkan orang yang dituju atau ikut campur dalam urusan pribadinya. Tetap saja akan menghasilkan sebuah pertentangan, marah, su’dhon yang pada akhirnya terjadi pertengkaran.
Namimah ini juga bisa diartikan sebagai sifat / akhlak untuk menyebar fitnah dan memecah belah suatu kaum, suatu ikatan keluarga, suatu majlis dan lainnya.


Firman Allah (S.Qalam:10-11) 
Ÿwur ôìÏÜè? ¨@ä. 7$žxym AûüÎg¨B ÇÊÉÈ :$£Jyd ¥ä!$¤±¨B 5OÏJoYÎ/ ÇÊÊÈ

“ Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina.
   Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah”
  
Nabi saw bersabda, yang artinya : “ Bukan dari golonganku (umatku) orang yang hasud dan orang yang gemar memfitnah dan orang yang dedukunan dan akupun bukan daripadanya.


3 (tiga) sifat ini tercermin pada Firman Allah Ta’ala :
  
”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan Buruk-sangka (Su’udhon), Karena sebagian dari buruk-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang (Ghibah) dan janganlah menggunjingkan satu sama lain (Namimah). Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (S.Hujurat : 12)


d.      Hasad (iri hati)
Orang yang mempunyai sifat hasud selalu merasa tidak senang terhadap kelebihan orang lain, bahkan membencinya. Hingga saking besarnya sifat hasudnya , mengharapkan agar nikmat yang dirasakan orang lain itu hilang lenyap, lalu mengalir padanya. Hatinya yang hitam selalu menginginkan agar didunia ini hanya dia yang paling berkuasa, paling kaya paling terhormat.
Penyakit hasud ini, bagaikan titik api pada sekam atau pada rokok. Sedikit demi sedikit titik api itu akan menjalar yang makin lama akan menghabiskan amal & ibadah kita selama ini. Berpikirlah, amal ibadah yang begitu sulit kita kerjakan, akan musnah hanya dengan Hasad (iri). Apa yang keuntungannya kita mempunyai iri. Selekaslah buang. Ganti dengan yang baik.

Nabi saw bersabda yang artinya : “Hasud dapat memakan segala kebaikkan bagaikan api makan kayu”. (riwayat Ibnu Majah)
Dalam riwayat lain: “Hasud dapat merusak iman, bagaikan jadam merusak madu”. (riwayat Dailani)

Nabi saw bersabda : “ Telah menjalar padamu penyakit-penyakit umat-umat terdahulu sebelum kamu yaitu hasud, saling membenci, padahal itu dapat mencukur rambut. Aku tidak berkata itu dapat mencukur rambut, melainkan mencukur agama. Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, kamu tidak akan masuk surga sehingga cinta mencintai. Sukakah  aku tunjuki sesuatu jika kamu kerjakan akan timbul rasa kasih saying diantaramu. Maka sebarkanlah salam di antara kamu”. (riwayat Ahmad)

Menurut pandangan orang-orang sufi, orang yang mempunyai sifat dan akhlak Hasad sebelum mencapai maksudnya, telah terbinasakan iwanya oleh dirinya (nafsunya) sendiri, seperti :
a. Mereka akan menderita karena hatinya tertekan dan duka cita yang berlarut-larut.  Disebabkan melihat orang yang di irikan masih lebih baik, lebih kaya dari dirinya. Hingga terbawa dalam tidurnya menjadi tidak nyenyak, terbawa makan & minum menjadi tidak enak. Menjadi benci yang tidak terlampiaskan, tekanan makin besar dan pada akhirnya menjadi penyakit.
b.Jika kebenaran bicara, orang yang hasud tadi akan mendapat cemoohan dan celaan dari orang lain, baik tetangga maupun pergaulan sehari-hari.
c. Dia akan mendapat kecelakaan yang tidak dapat ditolong.
d.Rahmat dan hidayah Allah akan dicabut dari hatinya.

Firman Allah Ta’ala :

Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã ÇÌËÈ

“ Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” ( S. An-Nisa’ : 32 )


e.      Haqod ( dengki / benci )

Penyakit Haqad (dengki) berasal dari penyakit Hasad (iri) yang dibiarkan dan telah menjalar pada hati. Memuncak dan membakar menjadi kedengkian, kebencian, keserakahan pada siapa yang diatasnya. Dalam hal harta, kesenangan, gengsi, status dan lain-lain. Pada sifat haqad ini, mulai tertutup suatu kebenaran. Demi melihat saudaranya hidup kaya, tetangga bisa mapan, teman yang sukses, maka ia merasa muak dan benci dari hati hingga ke ubun-ubun. Tak segan-segan ia memutuskan persaudaraan, tidak menyapa dan bertergur salam. Tobat dan sadarilah wahai saudara-saudaraku, sebelum kau terpelosok jurang kehancuran di dunia dan di akhirat. Jangan kau turuti, bisikkan-bisikkan nafsumu ini.

f.        Kibir (sombong)

Kibir adalah sombong yaitu sifat ke Akua an yang memuncak , merasa besar serta hebat sendiri. Merasa tiada yang seperti dia. Merasa tiada yang mengalahkan dia. Semua harus ada dibawahnya. Hingga orang-orang yang sombong menganggap semua nikmat, semua kekayaan dan semua kelebihannya bukan berasal dari Allah. Tapi merasa dari dirinya sendiri. Dari kerja kerasnya.

Tanda dalam perbuatannya, orang-orang sombong, yaitu :
- Tampak angkuh dan cuek.
- Tak mau kalah dalam pembicaraan dan ngomongnya tidak mau di sela.
- Tidak mau dikritik dan di salahkan.
- Walaupun dia tidak bisa mengatakan bisa.
- Tidak mau disaingi dalam beli sesuatu dan dalam bisnis.
-  Ingin selalu pamer kekayaan.

Firman Allah Ta’ala :

Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( y7¨RÎ) `s9 s-ÌøƒrB uÚöF{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$# ZwqèÛ ÇÌÐÈ

“ Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi Ini dengan sombong, Karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”.
     
Nabi saw bersabda, yang artinya : “Siapa yang merasa dirinya besar, lalu sombong dalam jalannya, maka ia kan menghadap Allah sedangkan Allah murka padanya (HR. Ahmad)

Sifat sombong ini dulu oleh Allah telah dicontohkan pada pembangkangan Iblis yang merasa sombong, ketika oleh Allah disuruh sujud kepada Nabi Adam as. Ia menolak dan merasa lebih mulia dari Adam as. Ia diciptakan dari api dan Adam dicipta dari tanah. Yang akhirnya, iblis dibuang/dihina dikeluarkan dari syurga.
Oleh sebab itu, bercerminlah. Apa pada dirimu ada sifat Iblis ini. Jika kau tidak tawadu’ (rendah hati) pada ulama’ atau orang-orang berilmu atau orang-orang sholeh. Berarti pada dirimu ada sifat tersebut. Yang wajib sombong itu adalah Allah, jika kita memakai sifat sombong ini, berarti kita melawan Dia.

Firman Allah Ta’ala ( S. Luqman : 18), yang artinya :

Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ

“ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Macam-macam kesombongan manusia di dunia:

1.      Sombong dengan harta.
2.      Sombong dengan Ilmu dan amal.
3.      Sombong dengan status / pangkat.
4.      Sombong dengan kecantikan (postur tubuh)
5.      Sombong dengan keahlian, usaha dan ikhtiyar.
6.      Sombong dengan nasab (keturunan).
7.      Sombong dengan kesehatan.


g.      Takabbur

Adalah hampir sama dengan sombong. Tapi lebih bersifat kecil tidak tampak nyata. Hanya tampak pada omongannya. Orang yang bersifat Takabbur biasanya meremehkan sesuatu yang sepele. Mulai dari urusan ibadah, urusan beramal, urusan janji dan urusan keluarga. Mereka menganggap gampang, tapi tidak ada realisasinya (kenyataan). Mereka takabur, karena menganggap bisa, mudah, kecil dan mampu. Dalam hatinya selalu berkumandang “ Urusan itu kecil dan gampang “. Dalam hal amal: “ Kalau bukan aku siapa, yang membantu”.

h.      Ujub ( merasa sempurna diri dari orang lain )

Sifat ujub ini menyerupai sifat sombong, tapi lebih halus. Sifat ini terselubung pada hati sanubari. Hanya dirinya sendiri yang tahu. Dia menganggap hal itu kebenaran. Dia merasa lebih sempurna dari orang lain, tapi dibalik itu, sifat ini lebih bahaya daripada kesombongan yang tampak.

Tanda-tanda orang yang bersifat ujub :
1.      Mudah membanding-bandingkan yang satu dengan yang lainnya.
2.      Mudah menghujat dan menjelekkan sesuatu yang dianggap tidak sepaham. Selanjutnya dia menunjukkan & memamerkan dirinya.
3.      Dalam hatinya selalu meremehkan seseorang.

i.        Riya’ ( ingin dipuji orang / memamerkan diri )
Orang yang mempunyai sifat riya’ dalam melakukan ibadah semata-mata ingin dikagumi orang lain, ingin disanjung dan di puji. Di depan orang ia senantiasa melakukan amalan yang baik dan kayaknya ia beribadah dengan sempurna, namun jika orang lain tak melihat maka sifat jeleknya akan muncul kembali. Seringkali kita tidak menyadari, bahwa apa yang kita lakukan dalam amal maupun ibadah niat karena Allah tapi terselip sifat riya’ (ingin dipuji orang). Yang pada akhirnya kita tidak mendapat apa-apa (pahala, hidayah & pintu qabul) kecuali capek dan sia-sia.
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya yang aku kuatirkan pada dirimu adalah syirik yang kecil (samar) yaitu riya’. Kelak pada hari kiamat Allah akan berkata pada orang-orang yang berbuat riya’ dalam amal perbuatannya. Pergilah kami kepada orang-orang yang dahulu kamu riya’ kepadanya di dunia. Lihatlah apakah kamu bisa mendapatkan balasan pahala dari mereka?”
  
j.        Suma’ ( cari-cari nama atau kemasyuran )
Siapapun manusia, jika ada jalan atau fasilitas tersedia yang disertai SDM (sumber daya manusianya ) yang memadai ditambah ada kesempatan, pasti dan jelas akan terbersit keinginan agar dirinya menjadi terkenal, namanya harum dan kemashurannya terdengar dimana-mana. Bahkan bagi orang-orang tertentu, ada yang sangat berambisi agar terkenal dan termashur dengan menggunakan segala cara, sehingga tanpa ragu melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain.

Hakikinya sebuah kemashuran atau terkenal akan datang sendiri, jika sembodo (sesuai)  dengan ilmu, jasa atau hasil atau kemanfaatan orang tersebut kepada orang lain, instansi, Negara atau kepada lainnya. Dengan kata lain Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dan berakhlak mulia, tanpa adanya rekayasa dari manusia itu sendiri.
Apa gunanya kemashuran, jika itu tidak layak disandang dan di akhirat kita terhina. Allah Maha Tahu atas segalanya, jika Dia menghendaki hambanya terkenal tidak sebegitu sulit, akan terangkatlah orang tersebut menjadi mulya.


k.      Bukhul  ( Kikir )

Bukhul atau bakhil yang artinya kikir bin pelit bin medit (jawa) adalah nyata sifat bawaan manusia secara fitrahnya. Artinya pada diri setiap manusia pasti ada sifat bakhil (kikir). Hal ini bersesuaian dengan firman Allah Ta’ala : QS. Al Ma’aarij : 19-21

* ¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ #sŒÎ) çm¡¡tB Ž¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ #sŒÎ)ur çm¡¡tB çŽösƒø:$# $¸ãqãZtB ÇËÊÈ

“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Dan apabila ia mendapat kebaikan (harta) ia amat kikir.”

Suatu peringatan dan penegasan dari Allah Ta’aala, bahwa manusia mempunyai sifat dominan dalam menerima kesusahan pasti berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan ( nikmat harta ) ia akan bersifat kikir.
Dua sifat ini telah ditanam oleh Allah, pada jiwa manusia. Sifat ini menjadi sangat nyata, jika manusianya mempunyai sifat Hubbu Dunya (cinta dunia) yang berlebih-lebihan ditambah dia berhasil atau sukses dan kaya.
Ingat dan camkan benar-benar, bagaimana Qarun yang kaya raya, karena kekikirannya dibenamkan oleh Allah di bumi. Dan sahabat Rasulullah saw, yaitu Tsa’labah, si miskin yang menjadi kaya yang akhirnya menjadi kikir dan lupa diri. Yang kemudian oleh Rasulullah saw di sabda menjadi termasuk golongan orang-orang yang celaka.
Dalam kenyataan sehari-hari, sifat bakhil / kikir cenderung dimiliki oleh orang-orang yang kaya. Mereka selalu beranggapan dan merasa sudah mengeluarkan zakat dan sedekah. Jika suatu ketika diminta sedekah lagi, mereka akan berkata, “ sedekahku sudah banyak , aku sudah bersedekah disana, rutin tiap bulan,” dan ada yang berdalih, “ sedekah yang paling utama, pada orang tua dan kerabat , baru kepada yang lainnya,” dan masih banyak alasan-alasan yang diberikan oleh orang-orang kaya yang bakhil tersebut.
Dalam menyikapi hal ini dan penegasannya untuk sedekah tidak boleh ada alasan apapun, selama kita ada (harta) dan pada saat itu kita membawa, segera mungkin kau keluarkan, berapapun nilainya. Jika masih banyak alasan, tampak jelas dia adalah Bakhil.
Seandainya kita tanya kepada orang-orang kaya yang bakhil tersebut, “ Apakah banding rezki (harta) yang diberikan oleh Allah, dengan zakat dan sedekahmu,”
“ Dulu ketika rezqimu Rp. 10.000 kau mengeluarkan sedekah Rp. 1000 tidak merasa berat. Saat rezqimu di tambah oleh Allah, menjadi Rp. 100.000 kau mengeluarkan Rp. 10.000 masih enteng. Ketika rezqimu dilipatgandakan menjadi Rp. 1.000.000 kau mengeluarkan Rp. !00.000 mulailah berkecamuk dadamu. Andaikan rezqimu menjadi Rp. 100.000.000, kau mengeluarkan sedekahmu sebesar Rp. 10.000.000, yang jelas seribu kali mikir dan seribu kali ambil nafas”

Bayangkan lagi, setiap orang ingin mendapat rezqi tiap hari, kalau bisa tiap jam. Sampai-sampai usaha apapun hingga ngelembur dilakukan. Yang penting income (pemasukan) bertambah banyak. Tapi aneh bin nyata, dalam urusan sedekah mereka tidak mau tiap hari. Sedangkan kita minta kepada Allah, agar diberikan rezqi yang banyak  dan luas, tapi perintah zakat & sedekah, mereka melupakannya dengan sengaja, dikarenakan sifat kikirnya.

Harta benda dan segala kebaikkan dunia yang menyilaukan kerapkali akan mengikat hati manusia. Terutama dalam pencapaian menjadi kaya, begitu susah dan sengsaranya, hingga terbesit sifat sayang (eman-jawa) pada harta yang dicari dengan susah payah tersebut, kenapa diberikan atau disedekahkan. Dia lupa dengan perintah Allah, tentang sedekah, tentang membelanjakan hartanya di jalan-Nya. Makin dia kikir dan makin lama sifat rakus untuk menumpuk kekayaan akan menjadi-jadi Perhitungan dalam mengeluarkan zakat, sedekah dan membantu orang lain.

Allah berfirman yang artinya :
“ Janganlah orang yang kikir dengan pemberian Tuhan yang berlimpah-limpah menyangka bahwa yang demikian itu baik bagi mereka, tetapi sebaliknya yang demikian itu merupakan kejahatan baginya, karena pada hari kiamat ia akan dipikulkan kekikirannya itu sebagai suatu beban yang amat berat diatas pundaknya.”

Allah berfirman, QS. Al Israa’ : 29 

Ÿwur ö@yèøgrB x8ytƒ »'s!qè=øótB 4n<Î) y7É)ãZãã Ÿwur $ygôÜÝ¡ö6s? ¨@ä. ÅÝó¡t6ø9$# yãèø)tFsù $YBqè=tB #·qÝ¡øt¤C ÇËÒÈ

“ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu ( kikir ) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya ( boros ), karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”


Ini adalah peringatan bagi orang-orang yang kikir, yang oleh Allah dikiaskan “tangan yang terbelenggu pada leher” dan orang-orang yang boros ( membelanjakan harta secara berlebih-lebihan bukan untuk sedekah atau infaq, tapi untuk diri sendiri dan keluarga. Seringkali juga untuk hal-hal maksiyat ) oleh Allah ditegaskan dengan firmanNya ; QS. Al Israa : 27:


¨bÎ) tûïÍÉjt6ßJø9$# (#þqçR%x. tbºuq÷zÎ) ÈûüÏÜ»u¤±9$# ( tb%x.ur ß`»sÜø¤±9$# ¾ÏmÎn/tÏ9 #Yqàÿx. ÇËÐÈ
“ Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Dua sifat ini oleh Allah akan menjadikan sesuatu yang tercela dan menyesal. Kalau kita tilik dengan seksama akan nyatalah apa yang maksud ayat diatas. Sifat bakhil/kikir akan menghasilkan sifat tercela dan menyesal, seperti :

-         Tidak disukai dalam pergaulan dan bermasyarakat.
-         Selalu diomong (dirasani-jw) karena kekikirannya.
-         Mempunyai teman sedikit.
-         Jika ada kesusahan, tidak ada yang menolongnya.
-         Hidupnya tiada pernah tenang, karena takut hartanya berkurang. Yang pada akhirnya dia seakan-akan ingin menolong atau sedekah tapi dengan embel-embel berbunga alias rentenir.
-         Selalu kurang dan takut kemiskinan.
-         Mau menolong yang penting menguntungkan buat dirinya.
-         Pamrih ( ada timbal baliknya ).

Nabi saw bersabda : “ Jauhkan dirimu dari sifat kikir. Karena yang demikian itu telah banyak membinasakan orang-orang sebelum kamu.”

Pada suatu hari Rasulullah saw ditanya orang, “ Siapakah yang layak disebut orang pemurah (loman-jawa)”. Lalu beliau saw, berkata: “Orang pemurah itu ialah orang yang mengeluarkan hak-hak Allah daripada hartanya, dan orang-orang yang kikir itu ialah orang yang tidak sedia mengeluarkan hak-hak Allah. Tidak pula dinamakan orang pemurah, jika ia mengumpulkan harta bendanya dengan jalan haram dan mengeluarkan secara mewah.”

Makna Pemurah ( bukan boros ) adalah orang yang suka membelanjakan hartanya di jalan Allah (infaq & waqaf untuk masjid, tempat-tempat ilmu, dll ) sedekah untuk kerabat, teman, anak yatim dan faqir miskin. Menolong siapapun yang membutuhkannya, baik materi maupun tenaga tanpa pamrih karena Allah.

Dalam hal ini, Allah memberikan arahan kepada siapa saja kita harus jadi pemurah, dalam firman-Nya QS. Al Baqarah : 177.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”

Allah berfirman, QS, An Nisaa’ : 36. 

“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh*, dan teman sejawat, ibnu sabil* dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

*dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim.
* Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.



BAKHIL YANG BERLABEL
Dari sekian model dan jenis bakhil orang-orang kaya, ada sejenis sifat bakhil yang berpoles dengan segala alasan, yang mana seperti dituangkan oleh Allah dalam firman-Nya, QS. An Nisaa’ : 37

“ (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang Telah diberikan-Nya kepada mereka. dan kami Telah menyediakan untuk orang-orang kafir* siksa yang menghinakan.”

* maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah Karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.

Orang yang bakhil menyuruh orang lain untuk berbuat bakhil.

Contoh : ketika ada pengemis, si A akan memberikan sedekah. Tapi si B berkata, jangan kau kasih, karena pengemis itu masih kuat bekerja. Nanti bikin dia malas.
Contoh : Ada seorang yang berkata pada orang lain : “ Seorang ulama’ itu dalam mengajarkan ilmunya harus ikhlas, tanpa melihat berapa isi amplop,”  Apakah tidak dibalik aja kalimat ini, “ kita ini harus ikhlash memberikan sedekah kepada ulama itu, sebagai tanda syukur atas ilmu-ilmu yang diajarkan kepada kita.”
Contoh : Ada seorang berkata pada orang lain, “ Sedekah itu tidak boleh dipaksa, harus dari hati. Mengapa harus ada iuran infaq segala. Cukup pakai kotak amal saja.”

Menyembunyikan Karunia Allah yang telah diberikan.
Orang-orang kaya yang sangat-sangat bakhil alias kikir, akan selalu menyembunyikan segala nikmat yang mereka peroleh dari orang lain dengan berkeluh kesah. Sehingga mereka dianggap tidak punya uang.  Tujuannya  tidak ada lain agar tidak ada yang datang minta bantuan ( minta atau pinjam uang).
Nikmat yang dia dapat, tidak boleh ada yang tahu.

HIKAYAT
Suatu hari datang kepada Nabi saw, seorang wanita dengan tangan kanan yang tidak berfungsi.
“ Wahai Rasul, berdoalah kepada Allah untuk tanganku agar bisa utuh dan kokoh seperti semula,” pinta wanita itu.
“Bagaimana bisa seperti itu ?” Tanya Nabi.
Wanita itu lalu bercerita : “Saya bermimpi seakan kiamat telah tiba. Neraka jahanam telah menyala. Sorga telah terhidang. Di dalam neraka terdapat beberapa lembah. Kulihat ibuku ada di dalam satu lembah tersebut. Tangannya terdapat lemak. Tangan satunya terdapat lap kecil yang menghindarkan dari termakan api.”
“Mengapa ibu ada di lembah ini ? Ibu seorang yang taat kepada Tuhan dan suami ridlo kepadamu,”  tanyaku.
“ Anakku, semasa di dunia aku pelit. Disinilah tempatku,” jawab ibu.
“Apa maksud lemak dan kain yang menempel di tanganmu ?’  tanyaku.
“ ini adalah balasan sedekahku selagi di dunia. Aku tak pernah bersedekah sepanjang umur kecuali lemak dan kain lap. Dua benda inilah yang melindungi dari siksa neraka.”  Jawab ibu.
Aku bertanya, “Mana ayah ?’
“Ayahmu dermawan. Ia berada di tempat para dermawan di dalam sorga.”
Maka kudatangi surga. Kulihat ayah berdiri didekat telagamu, wahai Rasul. Ia memberi minum manusia, menerima gelas dari tangan Ali. Ali dari Usman. Usman dari Umar. Umar dari Abu Bakar. Abu Bakar dari tanganmu wahai Rasul.”
“ Wahai ayah ! ibu yang taat kepada Allah dan kau ridlo kepadanya, sekarang berada di satu lembah neraka jahanam. Sedang kamu memberi minum manusia dari telaga Nabi. Ibu haus, ayah. Berilah ia seteguk saja,”  pintaku kepada ayah.
“ Anakku ibumu berada di tempat orang –orang pelit dan pendosa. Allah mengharamkan air telaga ini bagi orang bakhil dan pendosa,”  Ayah menolak.
Aku nekad mengambil segelas, untuk kuminumkan pada ibu. Ketika ibu minum kudengar suara, “ semoga Allah melumpuhkan tanganmu karena kamu datang memberi minum orang yang pelit dan durhaka dari air telaga Muhammad,”
Aku terbangun. Aku dapati tanganku lumpuh.
Nabi saw bersabda, “kepelitan ibumu telah menghukummu di dunia. Bagaimana dia nanti di hokum ?”
Aisyah ra meneruskan ceritanya, “ Nabi saw lalu menaruh tongkatnya pada tangan wanita itu dan berdoa, “Wahai Tuhan, dengan mimpi yang dituturkan wanita ini, sembuhkanlah tangannya seperti semula.”
Tangannya lalu kembali utuh

( Al Mawaidh Al ushfuriyyah, karangan Syeikh Muhammad bin Abu Bakar )


l.        Hubbul Mal ( cinta harta )

m.    Tafahur ( membanggakan diri )
n.      Ghadab ( pemarah )
o.      Ghibah ( pengumpat )
p.      Namimah ( bicara belakang orang )
q.      Kizib ( dusta )
r.       Khianat ( munafik )
s.       Hammi  ( duka cita )
t.        Khazani  ( susah hati / sambat )
u.      Ajzi ( lemah kemauan )
v.      Kasal ( malas )
w.     Jubni ( pengecut )






Bersambung ke Jilid II…………………………….





Tidak ada komentar: