Nafsu Bermata Dua
Ketahuilah, Nafsu ini bermata dua, yaitu satu bergerak kearah kejahatan dan satunya bergerak kearah ketaqwaan (kebaikkan).
Firman Allah Ta’ala ;
<§øÿtRur $tBur $yg1§qy™ ÇÐÈ $ygyJolù;r'sù $ydu‘qègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ô‰s% yxn=øùr& `tB $yg8©.y— ÇÒÈ ô‰s%ur z>%s{ `tB $yg9¢™yŠ ÇÊÉÈ
“Demi jiwa (nafsu) serta penyempurnaannya (ciptaan Allah), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan/bibit) kejahatan (kefasikan) dan kebaikkan (ketakwaannya) Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” ( S. Asy Syam : 7-10 )
Merupakan petunjuk dari langit yang jelas dan nyata. Dimana Allah bersumpah dengan ‘Jiwa” (nafsu) serta penyempurnaannya. Makna penyempurnaannya berarti ciptaan yang disempurnakan. Bagai sebuah produk yang lolos sensor dan tiada tandingan atau sulit untuk disaingi. Jika ditarik benang merah sesuai dengan Cerminan dari sifat Dia sendiri “ Qiyamuhu binafsihi “ (berdiri sendiri dengan dirinya ). Pelajari tentang aqidahtul awam (sifat 20).
Di ilhamkan (ditanamkan) bibit kejahatan dan ketaqwaan, berarti jiwa manusia ini bermata/bercabang dua. Yang saling tarik ulur di dalam setiap sifat manusia. Yang sangat halus dan tipis (sulit) untuk membedakannya. Bagi orang-orang yang sudah sampai pada ilmu mengenal diri akan dengan mudah paham, apa yang kami maksud ini.
Bersesuaian dengan sabda Nabi Muhammad saw :
“Kita kembali dari perjuangan kecil menuju perjuangan besar, yaitu
Perjuangan melawan hawa nafsu”
Mengapa dikatakan perang yang besar, karena musuh (nafsu) ini sangat sulit dikalahkan. Begitu lihai dan pintarnya ia mengatur strategi. Dan begitu canggihnya ia menyusuf pada setiap amal perbuatan. Hingga kita sebagai lawannya tidak menyadari dan tahu bahwa ia (nafsu) telah menguasai dan mengalahkan diri kita. Ia ahli menyamar, bisa menjadi amal baik, bisa berada pada ibadah. Untuk mendeteksi dan menaklukkan ia, kita membutuhkan ILMU dan pertolongan dari Allah Ta’ala.
Sebelum mengkaji tentang nafsu dengan panjang lebar, yang perlu dipahami bahwa nafsu berkecenderungan pada dunia (bumi dengan isinya). Ada sebuah benang merah antara nafsu dengan bumi.
Penegasan dari Allah dalam firman-Nya : (S. Adz Dzarriyat : 21)
’Îûur ÇÚö‘F{$# ×M»tƒ#uä tûüÏZÏ%qçHø>Ïj9 ÇËÉÈ þ’Îûur ö/ä3Å¡àÿRr& 4 Ÿxsùr& tbrçŽÅÇö7è? ÇËÊÈ
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
( S. Adz-Dzariyyat : 20-21)
Allah menjelaskan bahwa di bumi atau alami ini dan pada diri (nafsu) manusia itu sendiri ada tanda-tanda dan bukti kekuasaan-Nya. Maknanya ada suatu rahasia, jika kita memperhatikan dan mempelajari dengan seksama. Antara alam dan diri (nafsu) ada hubungan vertical yang sangat erat, sehingga Allah mengkhususkan kepada “Muuqiniin” yaitu orang-orang yang yakin. Hasil pencapaian seorang muslim dan mukmin adalah menjadi Muqinin (orang-orang yang yaqin). Sedangkan secara keilmuan tasawwuf tingkatan yaqin dibagi menjadi : ainul yaqin, ilmul yaqin dan haqqul yaqin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar