Islah Hidupmu

Isilah HIDUP mu........ 1. Dengan Ilmu Agama, hidupmu menjadi Lebih Terarah. 2. Dengan Ilmu Pengetahuan, hidupmu menjadi Lebih Mudah. 3. Dengan Seni (arts), hidupmu menjadi Lebih Indah. 4. Dengan Skill ( keahlian), hidupmu menjadi Lebih Manfaat. 5. Dengan Usaha , hidup menjadi Lebih Tertata. 6. Dengan Doa, hidupmu menjadi Lebih Yaqin. 7. Dengan Dzikir, hidupmu menjadi Lebih Tenang. 8. Dengan Amal, hidupmu menjadi Lebih Terjaga. 9. Dengan Ibadah, hidupmu menjadi Lebih Bahagia. 10. Dengan Budi Pekerti, hidupmu menjadi Lebih Mulia. Gus Is Sang Inovator (GISI)

Minggu, 16 Januari 2011

>Rabu Akhir Safar

NAHAS HARI  RABU
Allah berfirman :
Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”.
(Q.S. Al-Qomar : 19)

            Yaitu hari Rabu, berdasar dalil yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a, ia berkata : “Rasulullah saw telah ditanya tentang hari rabu. Lalu Beliau saw menjawab : “Hari Rabu adalah hari nahas yang terus menerus”.
               Mereka bertanya : “Kenapa bisa demikian, ya Rasulullah ?”.
            Jawab : “Karena pada hari itu Allah telah menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, memusnahkan kaum Aad dan Tsamud, yaitu kaum Nabi Sholeh”.

            (Uraian): sebagian ulama’ mengatakan bahwa Allah telah membinasakan tujuh kaum yang kafir pada hari rabu dengan tujuh macam azab, mereka itu adalah :
pertama   :  Auj bin Unuq dibinasakan dengan burung Hudhud.
Kedua      :  Qorun dibinasakan dengan dibenamkan ke dalam tanah.
Ketiga   : Fir’aun dan pasukannya dibinasakan dengan ditenggelamkan ke dalam  sungai Nil.
Keempat : Namrud dibinasakan dengan nyamuk.
Kelima     : Kaum Luth dibinasakan dengan batu.
Keenam  : Syidad bin Aad dibinasakan dengan suara jeritan Jibril as.
Ketujuh   : Kaum Aad dibinaskan dengan angin yang kencang.

            Diambil dari Kitab As Sab’iyyaatu fil Mawaa’idhil Barriyyat karya Al Imam Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdurrahman Al-Hamdaani.

-------------------------------------------------------------------------

RABU AKHIR BULAN SHAFAR.

            Kata Ulama’ disebut di dalam Kitab Al-Jawahir ; Allah Ta’ala menurunkan bala’ pada tiap-tiap tahun sebanayak 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) bala’. Semua itu diturunkan sekalian pada hari rabu akhir shafar. Maka pada hari itu keadaannya lebih payah daripada setahun. Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhamad bin Ismail Daud Al-Fathoni di dalam kitabnya “ Al-Bahjatul Mardhiyah”.
            Jelaslah bahwa hari rabu adalah hari nahas, terutama pada hari rabu  di akhir bulan shafar, sebagian ulama’ mengakui turunnya bala’ ke dunia ini besar-besaran pada akhir bulan shafar.

            Golongan ulama’–ulama’ salaf lebih detail mengatakan bahwa setelah 1 Muharam (tahun baru Islam), seluruh catatan dan amaliah manusia baik maupun jelek diangkat kelangit dan diperhitungkan dengan seksama. Amal yang baik ditandon di langit dan ada kalanya diturunkan di bumi, sedangkan amal-amal jelek/buruk serta dosa-dosa manusia diturunkan kembali ke bumi, dibuang ke laut (ada yang mengatakan menjadi buaya-buaya dan binatang-binatang laut lainnya). Tetapi lautan yang begitu luas tidak menampung banyaknya dosa-dosa tersebut, yang akhirnya meluber kedaratan menjadi berbagai penyakit, musibah, bala’ dan bencana.           
Hal ini terjadi secara serempak dan total pada hari rabu di akhir bulan shafar. Wallohu a’lam bishshowwab.

            Sebaliknya sebagai perimbangannya ada yang dinamakan rahmat, barakah, ada yang dinamakan hidayah, yang semua ini diturunkan pada waktu-waktu tertentu. Seperti pada bulan Rajab, Sya’ban, Ramadlon, Dzulhijjah dan Muharram. Nyatalah bahwa Tuhan telah mengatur perimbangan yang sangat sempurna antara yang baik dan buruk dengan perbandingan 1 : 10. seperti yang dijelaskan di hadist bahwa kebaikkan 1 di balas dengan sepuluh sedangkan kejahatan 1 di balas 1.
            Perbandingan ini sebenarnya telah menunjukkan sifat Rahman dan Rahimnya Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi manusianya sendirilah yang tak mau berfikir dan bersyukur dalam perjalanan hidupnya. Sehingga walaupun telah didespensasi seperti itu, tetap saja manusia banyak kesalahan dan dosa yang dilakukan.
            Dan yang lebih parahnya manusia selalu ingin instan (langsung jadi) dalam melakukan penebusan-penebusan dosanya, sedangkan dengan jelas Allah melalui Rasul-Nya telah menunjukkan cara-caranya dan diberi waktu-waktu yang penuh dengan bonus pahala, tetapi tetap saja manusia tidak mau mencari secara sungguh-sungguh dan jelasnya tidak mau proses secara alami alias tidak mau sengsara.
            Lebih jelasnya dalam setahun Allah Ta’ala menurunkan kebaikkan dan keburukan di bagi dalam bulan-bulan tertentu yang mempunyai kelebihan sendiri-sendiri, antara lain :
  1. Bulan Rajab kelebihannya ada pahala puasa sunnah dan istighfar rajab. Kejadian pada waktu itu adalah Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad saw.
  2. Bulan Sya’ban terkenal dengan Nisyfu Sya’ban.
  3. Bulan Ramadlon dengan puasa wajibnya dan terkenal dengan Malam Lalilatul Qadarnya.
  4. Bulan Dzulhijjah terkenal dengan haji & puasa sembilan hari pertamanya, terutama Hari Arafah dan Hari Tarwiyahnya.
  5. Bulan Muharrom terkenal dengan Doa Akhir & Awal Tahunnya serta hari Asyuranya.
  6. Kemudian sebagai perimbangannya dalam setahun itu diturunkan sekaligus keburukan (bala’, bencana, penyakit dan wabah) di akhir bulan shafar.
Keterangan :
Kejahatan atau keburukan yang dimaksud dimuka bumi ini, ada beberapa macam yang bisa dipilah seperti :
  1. Kejahatan yang turun dari langit., seperti wabah penyakit, udara buruk, topan, petir, rihul ahmar, kuman, penyakit yang berterbangan diudara dan sebagainya.
  2. Kejahatan yang naik ke langit., seperti catatan amal buruk yang dibawah oleh malaikat kelangit, ruh-ruh orang orang jahat, Iblis serta anak buahnya yang mencuri berita dilangit yang kemudian menyebarkannya dengan ditambah berbagai berita bohong.
  3. Kejahatan yang terjadi di muka bumi. seperti gangguan syetan, jin dan manusia, binatang buas, kezaliman, hasut, fitnah, niat jahat, kecelakaan, peperangan dan sebagainya.
  4. Kejahatan yang keluar dari bumi.seperti gempa bumi, gunung meletus, gas beracun, binatang-binatang yang keluar dari bumi (ular, kalajengking dll).
            Oleh sebab itu wahai saudara-saudaraku sesama muslim, kita dituntut untuk selalu berdoa memohon perlindungan kehadirat Allah Ta’ala dari segala musibah atau kejahatan tersebut dalam setiap waktu dan tempat. Khususnya pada hari rabu di akhir bulan shafar ini, marilah bersama-sama kita memohon perlindungan dengan membaca doa dan wirid yang dilakukan secara jama’ah.

            Inilah tata cara ritual hari rabu akhir shafar, dengan sholat sunnah tasbih (2 atau 4 rakaat) kemudian dilanjutkan dengan sholat daf’ul bala’ wal waba’ (2 raka’at). Hal ini dilaksanakan sebaiknya sesudah sholat maghrib pada hari selasa malam.

Minggu, 21 Juni 1998 Ahad , 26 Shafar 1419

Edit Sabtu 10 April 2004
       Sabtu  20 Shafar 1425.
                                                                        
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Inilah tata cara ritual hari rabu akhir shafar, dengan sholat sunnah tasbih (2 atau 4 rakaat) kemudian dilanjutkan dengan sholat daf’ul bala’ wal waba’ (2 raka’at). Hal ini dilaksanakan sebaiknya sesudah sholat maghrib pada hari selasa malam atau pagi hari setelah sholat isyraq dan istikharah.


Jika dilakukan ba’da shalat maghrib

  1. Setelah melakukan shalat ba’diyatan maghrib lanjutkan dengan sholat awwabin 6 raka’at (keterangan shalat awwabin ada di catatan lain)
  2. Kemudian lakukan shalat sunnah li’daf’ul balaa’ sebanyak 4 rakaat (2 kali salam) sebagai berikut :
Niat sholat 


- Raka’at pertama setelah baca S. Al Fatihah + S. Al Kautsar 17 kali
- Raka’at kedua setelah baca S. Al Fatihah + S. Al Ikhlash 5 kali + 
   (S Al Falaq & S.An Nas 1x)
- Ulangi lagi 2 rakaat sama.
  Kemudian berdoa :


Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.

Allahumma, Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan; Ya Allah, Tuhan Yang Mahamulia dan karena Kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Baik Perbuatan-Nya; Ya Allah, Tuhan Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan Kemuliaan; Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau dengan Rahmat-Mu Yang Maha Penyayang.
Allaahumma, Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Sayyidina Hasan ra dan saudaranya (Sayyidina Husein ra), serta kakeknya (Sayyidina Muhammad saw) dan ayahnya (Sayyidina `Ali bin Abi Thalib ra), peliharalah aku dari kejahatan hari ini dan kejahatan yang akan turun padanya; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memelihara, cukuplah Allah Yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya. Cukuplah Allah tempat kami bersandar; tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Amin.



Artinya : “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah” maka “jadilah ia”.




(Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.


Jika dilakukan pagi hari

Pelaksanaan sholat sunat Lidaf’il Bala diambil dari keterangan yang tercantum dalam kitab al-Jawahir al-Khomsi halaman 51-52. dilaksanakan pada pagi hari Rabu terakhir bulan Shofar setelah sholat Isyraq, Isti’adzah dan Istikharah., sebanyak 4 rakaat 2 kali salam seperti diatas.
































1 komentar:

herizal alwi mengatakan...

Pemahaman ini bersumber pada penafsiran Al-Qur’an surat Al-Qomar ayat 19 “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”. (Q.S. Al-Qomar : 19)

Kalimat Yaumu Naĥsin disana difahami oleh sebagian ‘Ulamà sebagai hari rabu sebagaimana yang telah dikatakan Ibnu ‘Abbas, “Tidaklah suatu kaum mendapatkan siksa melainkan pada hari rabu”. dan diperkuat dengan perkataan Al-Qozwiny yaitu “Hari rabu merupakan hari yang terdapat sedikit kebajikan, dan hari rabu pada akhir bulan merupakan hari sial yang terus menerus”.

Istilah Rebo Wekasan mulai dipopulerkan di Indonesia pada sekitar tahun 1987 Masehi. Kemungkinan besar istilah ini mulai disebarkan oleh para murid dan anak angkat dari Syeikh Shoghir/Ni’mat yang pada waktu itu beliau satu-satunya Hakim Mahkamah Syar’i di Mekah yang berasal dari kalangan melayu, selain itu beliau juga terkenal sebagai syeikh haji yang sangat masyhur pada zamannya. Pada tahun 1987 ini, kitab besar karya Syeikh Ni’mat yang berjudul al Bahjatu al Marďiyyaħ fī Fawāidi al Ukhrawiyyaħ, tertanggal 20 Sya’ban 1296 H/1878 M di Makkaħ al Musyarrafaħ mulai banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

ulama yang menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan berpendapat (dikutip dengan penyesuaian):

1. Tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Shofar, yang ada hanya nash hadits dla’if yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus, dan hadits dla’if ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.

2. Tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara’.Ada anjuran dari sebagian ulama’ tasawwuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syar’i.

3. Tidak boleh, kecuali hanya sebatas sholat hajat lidaf’ilbala’almakhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan) atau nafilah mutlaqoh (sholat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh Syara’, karena hikmahnya adalah agar kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Mengutip pandangan Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Miftakhul Akhyar tentang hadits kesialan terus menerus pada Rabu terakhir tiap bulan, dinyatakan:

“Naas yang dimaksud adalah bagi mereka yang meyakininya, bagi yang mempercayainya, tetapi bagi orang-orang yang beriman meyakini bahwa setiap waktu, hari, bulan, tahun ada manfaat dan ada mafsadah, ada guna dan ada madharatnya. Hari bisa bermanfaat bagi seseorang, tetapi juga bisa juga naas bagi orang lain…artinya hadits ini jangan dianggap sebagai suatu pedoman, bahwa setiap Rabu akhir bulan adalah hari naas yang harus kita hindari. Karena ternyata pada hari itu, ada yang beruntung, ada juga yang buntung. Tinggal kita berikhtiar meyakini, bahwa semua itu adalah anugerah Allah.” Wallahu ‘A’lam.